THE LADY: Wanita dibalik demokrasi Myanmar
Judul Film :
the Lady
Sutradara :
Luc Besson
Pemain :
Michelle Yeoh, David Thewlis, Jonathan
Woodhouse
Produksi :
Europa Corp
Durasi :
135 menit
Genre :
Drama Biografi
The Lady merupakan
sebuah film garapan sutradara Luc Besson yang diangkat dari kisah nyata Aung
San Suu Kyi, seorang pejuang wanita Myanmar yang bersikeras menegakkan
demokrasi di negerinya. Cerita dalam film the Lady ini diawali dengan kisah masa
kecil Aung San Suu Kyi sebelum sang ayah, Jenderal Aung San, ditembak mati
bersama beberapa pimpinan Myanmar dalam suatu rapat kabinet pada tahun 1947.
Insiden itu terjadi hanya beberapa saat setelah Inggris memberikan kemerdekaan
pada Myanmar.
Kemudian cerita
berlanjut pada kehidupan Suu Kyi di Oxford bersama suaminya yang
berkewarganegaraan Inggris, Dr. Michael Aris, yang merupakan seorang peneliti
kebudayaan Tibet dan Himalaya, dan kedua anaknya Alexander dan Kim. Namun
karena Suu Kyi mendapat telepon yang mengatakan bahwa ibunya di Myanmar sedang
sakit, maka ia memutuskan pulang ke Myanmar
selama beberapa minggu untuk mengurus ibunya dan terpaksa meninggalkan
suami beserta kedua anaknya di Oxford. Setibanya di Myanmar, Suu Kyi merasa sangat
prihatin dengan konflik yang terjadi di Myanmar karena kejamnya rezim milliter
pada saat itu. Terlebih saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri seorang
tentara militer dengan mudahnya melepaskan senapan pada wrga sipil. Hal inilah
yang kemudian membuat semangat Suu Kyi bangkit untuk menegakkan demokrasi di
Myanmar.
Aung San Suu Kyi
memutuskan untuk bergabung dalam sebuah partai oposisi Myanmar, Liga Nasional
Demokrasi, sekaligus ia sebagai pemimpin partainya. Keputusannya ini sangat
disambut baik oleh masyarakat Myanmar karena masyarakat Myanmar percaya bahwa
Aung San Suu Kyi yang merupakan anak dari Aung San mampu menjadi pemimpin
bangsa Myanmar ditengah konflik yang dialami Myanmar pada msa itu, dan Suu Kyi
juga dipercaya akan membawa pengaruh baik pada Myanmar seperti yang dilakukan
oleh ayahnya. Dalam film berdurasi 135 menit ini digambarkan secara terperinci
bagaimana perjuangan Suu Kyi dalam menciptakan demokrasi di Myanmar, dari mulai
pidato pertamanya yang mendapat sambutan
dari ribuan pendukung, hingga kampanye yang ia lakukan hingga ke desa-desa dan
suku-suku di Myanmar. Suu Kyi tidak sendirian, karena dia memiliki banyak
pendukung yang setia, terlebih suaminya, Michael Aris, yang rela mengorbankan
waktunya dengan Suu Kyi demi mendukung Suu Kyi. Tidak hanya berkorban waktu,
Michael Aris juga berperan dalam kampanye Suu Kyi karena ia lah yang membuat
dan memperbanyak pamflet kampanye partai Suu Kyi. Bahkan anak-anak Suu Kyi pun
turut mendukung Suu Kyi dalam menciptakan demokrasi di Myanmar. Kedua anak dan
suaminya sengaja menyusun dokumen yang berisikan aksi-aksi yang dilakukan Suu
Kyi dalam menciptakan demokrasi Myanmar di tengah konflik hingga akhirnya Suu
Kyi mendapat hadiah Nobel Perdamaian.
Usaha Aung San Suu
Kyi dalam menciptakan demokrasi di Myanmar ternyata mendapat perlawanan yang
cukup besar dari junta militer yang dipimpin oleh seorang diktator, Jenderal
Tan Shwe. Jenderal Tan Shwe melakukan perlawanan karena dia khawatir bahwa
kekuasaan Myanmar kelak akan jatuh ke tangan Suu Kyi. Bentuk perlawanan yang
diberikan Tan Shwe berupa larangan berkampanye hingga suatu ketika Aung San Suu
Kyi mengalami nasib yang serupa seperti ayahnya yaitu dihadapkan dengan senapan
dikeningnya. Tokoh Aung San Suu Kyi yang diperankan oleh Michelle Yeoh dalam
film the Lady ini memang memiliki sifat pantang menyerah dan keras kepala, dan
hal inilah yang membuat tentara militer pada saat itu merasa tidak tega untuk
menembak mati Suu Kyi.
Kegigihan yang
dimiliki Suu Kyi ternyata bukanlah hal yang sia-sia, terbukti dalam
kemenangannya dalam Pemilu Myanmar pada tahun 1990. Namun hasil dari pemilu itu
tidak pernah diakui oleh junta militer sehingga menempatkan Suu Kyi sebagai
tahanan rumah selama 15 tahun. Selama 15 tahun Suu Kyi tidak diperbolehkan
keluar rumah, bahkan untuk menemui pendukungnya pun dia hanya diperbolehkan
melihatnya dengan memanjat pagar rumah. Keprihatinannya bertambah ketika dia
dihadapkan pada kebebasan yang mengharuskan ia memilih antar keluarga ataukah
negara. Pada saat itu Suu Kyi merasa sangat bingung dan akhirnya dia memilih
untuk bertahan di Myanmar. Atas pilihannya tersebut, Suu Kyi tidak dapat
bertemu dengan keluarganya. Bahkan saat suaminya meninggal karena kanker di
rumah sakit di Oxford pun Suu Kyi tidak dapat hadir.
Film The Lady dibuat dalam durasi yang
lebih panjang dari kebanyak film. Tapi adegan demi adegan yang disuguhkan Luc
Besson selama 135 menit sama sekali tidak membosankan. Tidak ada scene yang tak
berarti atau hanya membuang waktu saja. Bahkan beberapa babak membuat penonton
semakin penasaran akan riwayat Suu Kyi. Terlebih teknik pengembilan gambar dari
film yang rilis pada September 2011 di Toronto Film Festival ini yang dikemas
secara apik dan penuh dengan makna yang tersirat yang membuat penonton terbawa
dalam suasana perjuangan demokrasi Myanmar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar